ASAL MULA KOTA JAKARTA DAN BANDUNG



Sejarah Asal-Usul Kota Jakarta

Sejarah Asal-Usul Kota Jakarta- Jakarta merupakan ibu kota dari negara kita Indonesia. Kota metropolitan ini adalah satu-satunya kota di Indonesia yang memilikistatus tingkat provinsi. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.607.787 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia.
Sejarah Asal-Usul Kota Jakarta
Kota Jakarta
Sejarah Kota Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasio-nal yang ramai.
Ulasan  Sejarah

Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.

Laporan para penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang. Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan dengan Kalapa.

Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 dan kemudian menguasai Jayakarta.

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mereka. Mereka pun membangun kanal-kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar.

Mereka membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan kota Batavia. Lama-kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak, sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden.

MENGAMATI kota Jakarta bagaikan membaca catatan panjang yang merekam berbagai kejadian masa lalu. Berbagai bangunan dan lingkungan di Jakarta menyimpan jejak-jejak perjalanan masyarakatnya, bagaimana mereka bersikap menghadapi tantangan zamannya, memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia menyimpan suka-duka dan pahit-manisnya perkembangan, di mana kita dapat menyerap pelajaran yang berharga.

Jakarta, Ibukota Republik Indonesia, memiliki banyak rekaman sejarah. Antara lain dalam bentuk bangunan maupun lingkungan. Di dalamnya tercermin upaya masyarakat masa lalu dalam membangun kotanya yang tak luput dari berbagai masalah dari zaman ke zaman.

“Jika kita memandang kota Jakarta sekarang, mungkin sulit terbayang bahwa ribuan tahun yang lalu kawasan ini masih baru terbentuk dari endapan lumpur sungai-sungai yang mengalir ke Jakarta. Misalnya Kali Ciliwung, Kali Angke, Kali Marunda, Kali Cisadane, Kali Besar, Kali Bekasi dan Kali Citarum. Usia dataran Jakarta kini diperkirakan 500 tahun berdasarkan geomorfologi, ilmu lapisan tanah.

Endapan ini membentuk dataran dengan alur-alur sungai yang menyerupai kipas. Dataran ini setelah mantap lama kelamaan dihuni orang dan terbentuklah beberapa kelompok pemukiman, di mana salah satunya kemudian berkembang menjadi pelabuhan besar, " kata Muhammad Isa Ansyari SS, Sejarawan Terkemuka di Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemda DKI Jakarta.

Ia menuturkan, kota Jakarta merupakan kota yang berkembang dengan cepat sejak mendapat peran sebagai Ibukota Rl. Perkembangan itu disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang saling menjalin satu sama lain.

Bermula dari sebuah lingkungan pemukiman kecil dengan kegiatan hidup terbatas, dan kemudian berkembang menjadi lingkungan pemukiman megapolitan dengan berbagai kegiatan yang amatkompleks. Dalam paparan sejarah pertumbuhannya, di mana pemerintah kotanya silih berganti dan kondisi masyarakatnya sangat majemuk, baik dari suku bangsa, ras dan agama berikut berbagai aspek kehidupannya, warga kotanya tetap membangun tempat bermukim dan berkehidupan mereka sesuai dengan kemampuan dana, daya dan teknologi yang mereka miliki.

Sejarah Kota Jakarta

Peta Batavia tahun 1897, Muhammad Isa Ansyari SS mengungkapkan sejarah kota Jakarta dimulai dengan terbentuknya sebuah pemukiman di muara Ciliwung. Menurut berita Kerajaan Portugal pada awal abad ke-15, pemukiman tersebut bernama "Kalapa" dan merupakan sebuah Bandar penting di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, yang pusatnya pada waktu itu berada di Kota Bogor.

"Di Kerajaan Pajajaran, Bogor, itu kini masih terdapat prasasti peninggalan abad ke-16. Nama prasasti itu "Sato Tulis", peninggalan Rahyang Niskala Watu Kencana, Namun oleh orang Eropa Bandar tersebut lebih dikenal dengan nama Sunda Kalapa, karena berada di bawah kekuasaan Sunda," kata Muhammad Isa Ansyari SS.

Dalam sejarah, ujar Sejarawan Terkemuka Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemda OKI Jakarta itu, Bandar Malaka ditaklukkan Kerajaan Portugal pada 1511. Tujuan Portugal ketika itu adalah mencari jalur laut untuk mencapai kepulauan Maluku, sumber rempah-rempah. Maka pada 1522 mendaratlah kapal utusan dari Malaka di bawah pimpinan Francesco De Sa.

Menurut laporan Francesco De Sa terjadi perundingan dengan pemuka Bandar Kalapa yang berada di bawah kekuasaan Raja Sunda yang beragama Hindu.

Sementara itu di Jawa Tengan dengan surutnya Kerajaan Majapahit berkembanglah Kerajaan Islam di Demak. Kerajaan Islam itu kemudian menyerang Kerajaan Sunda di Jawa Barat meliputi Cirebon, Banten, Kalapa dan lain-lain. Mengingat kurangnya sumber-sumber asli Jawa Tengah tnengenai peristiwa itu, maka kita terpaksa berpaling kepada berita Kerajaan Portugal yang pada akhirnya tidak saja berlabuh di Maluku tetapi juga Kerajaan Portugal ini merapatdi Timor Timur, menyatakan bahwa pada 1526-1527 sebuah armada Portugal telah mengunjungi Sunda Kalapa untuk memenuni perfanjian tahun 1522.

"Ternyata mereka belum mengetahui bahwa telah terjadi perubahan kekuasaan dari Kerajaan Pajajaran ke Kerajaan Banten, yaltu orang-orang dari Jawa Tengah yang beragama Islam .Ivlenurut berita yang mereka dapat, nama Pangtima yang diberikan adalah Falatehan, sebutan mereka untuk nama Fatahillah," ujar Muhammad Isa Ansyari SS.

Masa Prasejarah

Di beberapa tempat di Jakarta seperti Pasar Minggu, Pasar Rebo, Jatinegara, Karet, Kebayoran, Kebon Sirih, Kebon Nanas, Cawang, Kebon Pala, Rawa Belong, Rawa Lefe, Rawa Bangke, ditemukan benda-benda pra sejarah seperti kapak, beliung, gurdi, dan pahat dari batu. Alat-alat tersebut berasal dari zaman batu atau zaman neolitikum antara tahun 1000 SM. Jadi, pada masa itu sudah ada kehidupan manusia di Jakarta.

"Dan seperti daerah latnnya, di Jakarta juga ditemukan prasasti. Prasasti Tugu ditemukan di Cilineing. Prasasti itu sarat informasi tentang Kerajaan Tarumanegara dengan Raja Purnawarman. Menurut prasasti itu, Jakarta merupakan wilayah Kerajaan Tarumanegara, kerajaan tertua di Puiau Jawa, di samping Bogor, Banten, Bekasi sampai Citarum di sebelah timur dan Giaruten," kata Muhammad isa Ansyari SS.

Kronologis Peristiwa Penting

Pada 686 Masehi. Kerajaan Tarumanegara hancur akibat serangan balatentara Kerajaan Sriwijaya. Abad ke-14, Jakarta masuk ke wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang sering disebtit Kerajaan Pajajaran, atau Kerajaan Sunda. Kerajaan Pajajaran memiiiki enam petabuhan, diantaranya pelabuhan Sunda Kalapa. Kota pelabuhan ini terletak di Teluk Jakarta - di muara sungai Citiwung - yang merupakan pusat perdagangan paling penting seiak abad ke-12 hingga ke-16.

Senin, 21 Agustus 1522. Begitu pentingnya, Sunda Kalapa tak luput dari incaran orang-orana Portugis yang sejak tahun 1511 sudah bercokol di daratan Malaka. Keinginan mereka mendapatkan sambutan baik dari Raja Pajajaran. Selain berkepentingan soal perdagangan, Raja Pajajaran juga bermaksud meminta bantuan orang-orang Portugis dalam menghadapi orang-orang Islam, yang sudah banyak pengikutnya di Banten dan Cirebon. Demak, kala itu, sudah menjadi pusat kekuatan dan penyebaran agama Islam.

Perjanjian kerjasama pun ditandatangani antara Raja Pajajaran dan orang Portugis. Isinya orang Portugis ditzinkan mendirikan benteng di Sunda Kalapa, yang ditandai di tepi sungai Ciliwung. Rabu 22 Juni 1527. Perjanjian itu tak dapat diterima Demak, Kerajaan Islam yang saat itu sedang berada di puncak kejayaan.

"Sultan Demak mengirimkan balatentaranya, yang dipimpin sendiri oleh menantunya, Fatahillah. Pasukan Fatahillah berhasil menduduki Sunda Kalapa pada 1527. Tatkala armada Portugal datang, pasukan Fatahillah menghaneurkannya. Sia-sia armada Portugal itu hengkang Ke Malaka," ujar Muhammad Isa Ansyari SS.

Dengan kemenangan itu Fatahillah menggantt nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Artinya "Kemenangan Berjaya”. Itulah peristiwa bersejarah yang ditetapkan sebagai 'hari jadl' Kota Jakarta. Kekuasaan Jayakarta akhirnya berada di tangan Fatahillah, dan makin meluas sampai ke Banten menjadi Kerajaan Islam.

Tahun 1595. Cornells de Houtman dan anak buahnya tiba di perairan Banten. Orang-orang Belanda itu datang mencari rempah-rempah. Persaingan di antara mereka makin ketat dibumbui permusuhan.

Rabu 20 Maret 1602 seorang token dan negarawan Kerajaan Belanda, Johati van Oldenbarneveld, mengambil suatu prakarsa mengumpulkan para pedagang Belanda dalam suatu wadah. Berdirilah serikat dagang Verenigde Oost Indische Compaqnie atau VOC. VOC merupakan wadah konglomerat zaman dulu.

Tahun 1617. Orang-orang Kerajaan Belanda diizinkan berdagang di Jayakarta. Mereka memperoleh sebidang tanah di sebelah timur sungai Ciliwung, di perkampungan Cina. Di situ mereka membangun kantor dan benteng. Kubu pertahanan Kerajaan Belanda itu tak disukai orang Jayakarta, Banten maupun Kerajaan Inggris. Mereka kemudian berperang.

Tahun 1619. Terjadi pertempuran sengit segitiga antara Kerajaan Belanda, Kerajaan Inggris dan Kerajaan Portugal di pelabuhan Sunda Kalapa. Suasana Teluk Jayakarta itu sekejab menjadi merah api dan merah darah. Di laut teluk banyak bergelimpangan mayat-mayat serdadu Kerajaan Belanda dan Kerajaan Portugal setelah kedua negara kerajaan itu habis digempur pasukan laut Kerajaan Inggris. Inggris menang dalam perang itu.

Kamis, 30 Mei 1619, JP Goen menaklukkan kembali sekaligus menguasai Jayakarta. Saat itu armada Kerajaan Inggris sudah tidak ada lagi karena telah berangkat berlayar menuju Australia, meninggalkan Jayakarta. Sedang armada (laut Kerajaan Portugal pergi menuju ke wilayah ujung timur Nusantara, tepatnya di Timor Timur.

"Jayakarta pada tahun tersebut memasuki lembaran baru. Nama Jayakarta diubah Kerajaan Belanda menjadi Batavia. Nama Batavia ini berasal dari nama Batavieren, bangsa Eropa yang menjadi nenekmoyang Kerajaan Belanda," tukas Muhammad Isa Ansyari SS.

VOC mula-mula menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan. Dengan kepiawaian kompeni lewat intrik dan politik adu domba atau cfewtte et impera terhadap raja-raja di Nusantara. Seluruh wilayah Nusantara dijarahnya. Kejayaannya pun berlangsung cukup lama.

Tahun 1798. VOC jatuh dan dibubarkan. Kekuasaan, harta benda dan utangnya yartg 134,7 juta gulden diambil alih Pemerintahan Kerajaan Belanda. Rabu, 1 Januari 1800, Indonesia sejak itu diperintah langsung oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Suatu majelis untuk urusan jajahan Asia lalu didirikan.

Namun, awal Maret 1942, Kerajaan Jepang merebut kekuasaan dari Kerajaan Belanda pada Perang Dunia ke-2. Nama Batavia dikubur balatentara Kerajaan Jepang. Dan, nama Jakarta menggantikannya sampai sekarang. 
Sumber : http://www.gudangmateri.com/2010/06/sejarah-kota-jakarta.html
 

Sejarah Asal-Usul Kota Bandung




Kota Bandung – Tahukah Anda asal usul nama kota bandung? Menurut catatan sejarah kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang kemudian membentuk telaga. Namun, menurut mitos masyarakat setempat nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat dan sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Selain itu, kota bandung juga merupakan kota terbesar ketiga di indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Nama lain dari kota Bandung adalah Kota Kembang, dan dahulu juga bandung dikenal dengan Parijs Van Java.
Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini. Dan pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Berikut ini duniabaca.com kutip dari Wikipedia mengenai asal-usul sejarah kota bandung.
Sejarah Kota Bandung
Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.
http://duniabaca.com

Asal Mula Jalan Wastukancana Bandung

Jl. Wastukancana sering disingkat menjadi Wastu. Nama ini diambil dari nama seorang raja Pajajaran bernama Niskala Wastukancana. Pada saat perang Bubat, Wastukancana masih berumur 9 tahun. Ayah dan kakak Wastukancana, Prabu Linggabuana dan Dyah Pitaloka, gugur di medan Bubat. Wastukancana naik tahta saat umurnya 23 tahun. Beliau memegang singgasana Pajajaran selama 103 tahun 6 bulan dan 15 hari.

Dahulu nama jalan Wastukancana ini adalah Engelbert Van Bevervoordeweg. Wuih, rada ribet ya untuk lidah kita :D Kapten Engelbert van Bevervoorde adalah pelopor dunia penebangan militer Belanda. Beliau meninggal dunia pada tahun 1918 setelah pesawat Glenn Martin yang dikemudikannya jatuh di Bandara Sukamiskin. Untuk mengenang jasanya, pemerintah Belanda membuat patung dirinya pada tahun 1920. Patung tersebut diletakkan di sebuah tikungan jalan yang sekarang adalah Jalan Wastu Kencana. Setelah Indonesia merdeka, patung tersebut dipindahkan ke Museum Bronbeek di Arnhem, Belanda.

Asal Usul Jalan Siliwangi Bandung

Dahulu jalan ini bernama Dr. De Greerweg. Kata Siliwangi diambil dari seorang tokoh mitologis dan legendaris dalam satra dan sejarah Sunda, yaitu Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi adalah raja Pajajaran yang terkenal karena kepemimpinannya dapat menjadikan masyarakat Pajajaran yang sejahtera, adil dan makmur. Jalan Siliwangi dibangun untuk memperlancar hubungan antara bagian barat dan timur kota Bandung. Pemberian nama Siliwangi dilakukan untuk mengenang tokoh bersejarah tersebut. (sumber : Buku TOPONIMI Kota Bandung oleh T. Bachtiar dkk)

Jalan ini cukup terkenal di Bandung. Terdapat mural terpanjang di Indonesia yang sering dijadikan 'kanvas' teman-teman dari Seni Rupa ITB. Kawasan jalan Siliwangi masih dirimbuni pepohonan yang besar dan tua. Jika malam hari terkadang lampu jalanan tidak menyala, akibatnya kondisi di jalan tersebut gelap gulita di beberapa titik.

Asal Usul Jalan Banceuy di Bandung

Banceuy adalah nama jalan di kota Bandung yang perpotongannya dari jalan Asia Afrika (salah satunya). Di Jalan ini kita bisa mengunjungi salah satu pabrik kopi bernama Kopi Aroma. Selain pabrik, disini juga tokonya. Jadi sambil lihat pembuatan kopi, kita bisa juga membeli kopi-kopinya.

Dalam Kamus Umum Basa Sunda (KKUBS), Banceuy diartikan sebagai kampung yang bersatu dengan istal (kandang kuda). Kampung disini artinya tempat tinggal pera pengurus kuda (dan keretanya). Dengan demikian penamaan daerah ini dilakukan atau diadaptasi berdasarkan fenomena sosiologis. Yaitu kondisi yang pernah terjadi di daerah tersebut berkenaan pula dengan hal-hal yang pernah dialami oleh masyarakat.

Kawasan Banceuy dulu pernah dijadikan tempat peristirahatan dan tempat mengganti kuda, khususnya untuk keperluan transportasi dan penyampaian benda-benda pos. Dahulu surat dikirim dengan menggunakan jasa transportasi kuda. Bagaimana kiranya jika benda pos harus dikirim dari Semarang ke Bandung? Tentu tidak cukup hanya dengan menggunakan kuda yang itu-itu saja. Tetapi harus diganti. Nah di Banceuy-lah tempat ganti kuda ini.

Dahulu pula di daerah ini terdapat sebuah loji (penjara) yang bersebelahan dengan kandang kuda. Penjara Banceuy namanya. Pemerintah kolonial penah memenjarakan Soekarno disini. Sel tempat Soekarno dikurung 'dimuseum'kan, sementara bangunan penjara yang lain telah dirobohkan dan sekarang jadi ruko. Karena lokasinya yang bersebelahan dengan kandang kuda, maka daerah ini pun pernah disebut Loji Banceuy.

Banceuy nama asal jalannya adalah bantjeuyweg dan diresmikan pemerintah kolonial pada tahun 1871. Sekarang jadi jalan Banceuy.


Asal Usul Jalan Buah Batu Bandung

Untuk yang belum tahu, Bandung itu dahulunya adalah sebuah danau yang super luas. Seiring berjalannya waktu, air danau ini menyusut dan bermunculanlah sembulan-sembulan daratan yang diselingi beberapa cekungan yang masih tergenang air. Diantara sekian jumlah cekungan air, terdapat sebuah telaga yang banyak mengandung
bebatuan.

Di tepi telaga tersebut banyak terdapat pohon mangga (Sunda : buah). Melihat keadaan seperti itu, masyarakat yang tinggal disekitarnya secara spontan menyebut daerahnya menjadi Buah Batu. Sekarang daerah ini jadi kawasan yang ramai. Masyarakat Bandung menyebut Buah Batu jadi Bubat.


Asal Usul Jalan Cihampelas Bandung
Ini dia salah satu jalan yang paling banyak menampung wisatawan lokal dan internasional. Jalan Cihampelas. Pola penamaan jalan ini terbentuk melalui dua aspek : Hidrologis dan biologis.

Cihampelas berasal dari gabungan dua kata.
1. Ci = Cai, yang artinya air (Sunda)
2. Hampelas = Nama jenis pohon yang daunnya kasar, seperti kertas amril (ampelas) yang digunakan untuk menggosok atau menghaluskan besi dan kayu.

Dengan demikian, Cihampelas jika diartikan secara bebas dapat memiliki dua pengertian. Pertama, air yang memiliki khasiat untuk menghaluskan kulit atau membersihkan hal lainnya. Kedua, sebuah daerah aliran sungai yang disekitarnya terdapat banyak pohon Hampelas.


Asal Usul Jalan Lengkong Bandung
Jalan yang pada masa pemerintahan kolonial bernama Groote Lengkong ini mengandung arti "teluk". Kawasan ini pada jaman dahulu merupakan sebuah teluk yang besar (hal ini berkaitan dengan asal muasal Bandung sebagai sebuah danau raksasa, danau purba). Ketika danau Bandung surut, ada beberapa wilayah yang masih tergenang air.
Satu diantaranya disebut Lengkong.


Asal Usul Grootepostweg alias Jl. Asia Afrika
Oleh Ben Sudarmadji

Jalan Anyer – Panarukan dibuat atas perintah Raja Belanda Louis Napoleon kepada Marschalk Herman Willem Daendles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, pada awal tahun 1800an. Tujuan utama pembuatan jalan itu adalah untuk memperkuat pertahanan Belanda di pulau Jawa dari serangan tentara Inggris yang konon berencana mengambil alih Pulau Jawa dari tangan Belanda. Masih inget pelajaran sejarah? Kita dijajah Belanda sementara Malaysia dijajah Inggris? Hmm …

Jalan yang pada saat itu disebut sebagai Groote Postweg (groote = great = besar, post = pos, weg = jalan) ini membentang sepanjang 1.000 km melintasi pulau jawa dan menelan nyawa 30.000 ‘koeli’ pribumi. Bayangkan kalau diambil rata-rata berarti setiap 1 km dikorbankan nyawa 30 pribumi untuk pembuatan jalan ini, miris enggak sih? Sesudah itu, ternyata fungsi Groote Postweg yang utama ini ternyata gagal dicapai, karena akhirnya Belanda menyerah pada Inggris setelah diserang melalui Pelabuhan Semarang di tahun 1811.

Pengorbanan 30.000 pribumi itu pada akhirnya membawa hikmah juga, banyak hal baik muncul karena terciptanya si Groote Postweg ini. Diantaranya kelahiran kota Bandung Modern. Karena memang Bandung yang kita kenal sekarang ini konon katanya direlokasikan dari lokasi sebelumnya (Dayeuh Kolot sekarang, dayeuh = kota, kolot = tua) atas permintaan Daendles kepada bupati Bandung Wiranatakusumah II.

Kenapa harus dipindahkan? Karena blueprint pembangunan jalan Groote Postweg di daerah priangan ternyata berselisih jarak sekitar 11 km dari lokasi kabupaten Bandung pada saat itu, yang sekitar dayeuh kolot itu. Mungkin Daendles berpikir kalau sebuah kota mau maju, maka kota tersebut harus mudah diakses -artinya harus kelewatan jalan baru ini dong.

http://www.mahanagari.com



No comments: